Cerita Tentang Kibun dan Batu Ajaib

Oleh : Alina Sitha

Sebut saja namanya Kibun. Dia sehari-hari berkerja sebagai kuli batu. Pergi pagi-pagi buta dan pulang saat petang menjelang.

Kibun belum berkeluarga. Ia takut tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya kalau ia sudah memutuskan menikahi seorang wanita. Alhasil, sampai umurnya yang sudah empat puluh tahun pun, ia hanya hidup seorang diri di sebuah rumah yang jauh dari keramaian kota.

Suatu hari, ia membawa pulang sebuah batu kecil dari tempatnya bekerja. Batu itu dianggap tidak penting oleh Tuannya. Di rumah, entah kenapa Kibun asik sendiri dengan batu kecilnya. Awalnya ia hanya memperhatikannya. Kemudian, ia mulai menggosok-gosoknya. Batu kecil itu memang terlihat seperti biasa, tapi bentuknya yang unik menjadi daya tarik tersendiri.

Kibun terus menggosok batu kecilnya. Warnanya yang tadinya hitam kusam berubah mengkilat. Tiba-tiba asap membumbung dari batu itu. Lalu,

“Astaga !” seru Kibun kaget saat melihat sesosok jin muncul di hadapannya.

“Sebutkan tiga permintaanmu !” seru jin itu.

Kibun masih ternganga. Ia tidak percaya apa yang dilihatnya. Namun, gejolak hatinya memaksanya untuk segera mengatakan tiga permintaannya.

“Aku seorang kuli batu yang miskin. Aku ingin kaya. Bisakah kau mewujudkannya ?” kata Kibun dengan hati dag-dig-dug.

“Baik, Engkau akan kaya !” seru jin itu seraya mengucapkan mantra.

Tiba-tiba suasana rumah Kibun berubah. Bilik reotnya telah menjadi sebuah istana yang dihiasi dengan pernak-pernik terbuat dari emas.

“Apa permintaanmu yang kedua ?” tanya jin itu. Kibun masih sibuk memperhatikan seisi rumahnya yang berubah.

“A… a… ku mau memiliki seorang istri yang cantik jelita,” jawab Kibun terbata.

“Baik, Engkau akan memiliki seorang istri yang cantik jelita !” seru jin itu.

Tidak lama kemudian muncullah seorang wanita cantik layaknya bidadari dari balik pintu rumah Kibun. Kibun terpesona melihat wanita itu. Berkali-kali ia memicingkan matanya untuk memastikan apa yang ia lihat.

“Sekarang tinggal satu permintaanmu. Apa permintaanmu yang ketiga, Tuan ?”

Kibun mengerutkan keningnya. Ia berpikir. Sementara matanya lekat memandang wanita cantik yang kini sudah duduk di sampingnya.

“Bisakah aku menunda permintaanku dulu hingga aku benar-benar tahu apa yang aku butuhkan ?” tanya Kibun.

Si Jin terlihat berpikir sebelum akhirnya menjawab, ”Baiklah, Tuanku. Akan aku kabulkan nanti permintaanmu. Selamat menikmati hidupmu, Tuanku.” Lalu, jin itu menghilang diiringi asap yang membumbung dari batu ajaib.

Kejadian yang dialami Kibun langsung menyebar cepat di wilayah tempat tinggalnya. Bahkan sampai ada yang berniat untuk mengambil batu ajaib milik Kibun. Kibun mengetahuinya. Ia pun menyimpan baik-baik batunya dengan menguburnya dalam-dalam di halaman rumahnya.

Suatu ketika, ada seorang pencuri masuk rumah Kibun. Saat itu, Kibun masih terjaga di kamarnya. Mendnegar suara berisik dari ruang tamunya, ia keluar kamar. Sayangnya, ia tidak mendapatkan apa-apa kecuali selembar kertas yang berisi ancaman agar ia tidak menyimpan batu ajaib itu sendirian.

Hari demi hari, suasana kehidupan Kibun yang harusnya diliputi kebahagiaan malah sebaliknya. Setiap hari ada saja percobaan pencurian ke rumahnya. Ia seperti mengalami terror. Hidupnya jadi gelisah dan tidak tenang.

Akhirnya, pada suatu malam, Kibun menggali kuburan batu ajaibnya. Tidak pakai lama, ia langsung menggosok-gosok batu itu. Lalu, keluarlah jin yang dinantinya.

“Ada apa, Tuan ? Apakah Tuan sudah memiliki permintaan ketiga ?”

Kibun menarik nafas panjang. Ia sangat menginginkan kekayaan dan seorang istri yang cantik, tapi ia juga mendambakan kehidupan yang bahagia dan tenang. Sayangnya, kebahagiaan dan ketenangan ia dapatkan saat hidupnya miskin dan seorang diri.

“Ya, aku sudah memutuskan. Aku meminta agar batu ini musnah beserta semua keajaibannya,” kata Kibun tegas.

“Tapi, Tuan, kalau batu ini musnah, permintaan Tuan yang pertama dan kedua akan musnah jua. Apakah Tuan yakin ?” Jin itu terlihat bingung.

“Ya, aku yakin. Sekarang kabulkanlah permintaanku yang ketiga. Lebih cepat lebih baik !”

“Baiklah, kalau itu memang yang Tuanku inginkan. Wahai batu ajaib, musnahlah kau beserta keajaibanmu !”

Hanya dalam hitungan detik, istana lenyap. Bilik reot kembali terlihat. Batu ajaib beserta jin lenyap dari pandangannya. Yang paling menyakitkan, wanita cantik yang menjadi istrinya juga lenyap.

“Alhamdulillah. Semoga ini memang keputusan terbaikku,” kata Kibun pada dirinya sendiri.

Sejak saat itu, kehidupan Kibun kembali normal. Ia menajdi kuli batu kembali. Ajaibnya, isu-isu tentangnya dan kemegahan yang ia pernah miliki hilang begitu saja. Semua warga bersikap baik padanya sama seperti sebelum ia menemukan batu ajaib itu.

Kini, Kibun pun hidup tenang dan bahagia. Bahkan, ia sudah memiliki seorang istri yang cantik yang ia temui di tempat kerjanya, yang merupakan anak dari Tuannya.

1 Response
  1. Anonim Says:

    ^_^ blogwalking, skalian baca-baca cerita2 kawan2 yg ikutan lomba hehehe, salam kenal yah